Menguasai Kompetisi Berbasis Proyek (Project-Based) di Bidang Perpustakaan dan Informasi

 


Selama ini, etalase prestasi mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi seringkali dipenuhi dengan piala lomba esai, resensi buku, atau desain poster. Prestasi-prestasi tersebut tentu membanggakan, namun ada satu ranah kompetisi lain yang kini sedang naik daun dan menawarkan prestise serta tantangan yang jauh lebih besar: Kompetisi Berbasis Proyek dan Hibah Pendanaan.

Berbeda dengan lomba konvensional yang selesai ketika juara diumumkan, kompetisi jenis ini menantang peserta untuk merancang sebuah solusi nyata bagi permasalahan di masyarakat, mempresentasikannya di hadapan investor atau juri ahli, dan jika menang, peserta akan diberikan dana untuk merealisasikan ide tersebut. Di sinilah peran "Pustakawan Masa Depan" diuji bukan hanya sebagai penjaga buku, tapi sebagai arsitek sosial.

Mengapa Bidang Perpustakaan Sangat Relevan di Sini?

Mungkin Anda bertanya, "Apa hubungannya ilmu perpustakaan dengan proyek sosial?" Jawabannya: Sangat erat. Inti dari ilmu perpustakaan adalah Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) dan Akses Informasi.

Banyak desa, komunitas, atau UMKM yang gagal berkembang bukan karena kurang modal, tetapi karena "miskin informasi" atau tidak tahu cara mengelola data yang mereka miliki. Di sinilah mahasiswa ilmu perpustakaan bisa masuk dengan ide-ide brilian yang sering tidak terpikirkan oleh jurusan lain.

Ide Proyek yang "Seksi" di Mata Juri

Dalam kompetisi hibah (seperti Program Kreativitas Mahasiswa atau kompetisi sociopreneurship), ide yang berkaitan dengan perpustakaan bisa dikemas menjadi sangat modern:

  1. Preservasi Budaya Lokal Berbasis Digital: Alih-alih sekadar membuat perpustakaan desa, Anda bisa mengajukan proyek pelestarian cerita rakyat atau sejarah lokal desa tersebut dalam bentuk repositori digital (audio visual) agar tidak punah. Ini menggabungkan ilmu kearsipan dengan teknologi multimedia.

  2. Literasi Informasi untuk Melawan Hoaks: Merancang kurikulum atau program pelatihan bagi ibu-ibu PKK atau anak sekolah tentang cara memverifikasi informasi di internet. Ini adalah penerapan langsung dari mata kuliah Literasi Informasi yang dikemas sebagai solusi masalah nasional.

  3. Biblioterapi untuk Kesehatan Mental: Mengajukan program healing berbasis buku dan literatur untuk komunitas rentan (misalnya panti asuhan atau rumah singgah). Ini menunjukkan sisi humanis dari ilmu perpustakaan yang berdampak psikologis.

  4. Sistem Manajemen Aset Komunitas: Membantu komunitas adat atau kelompok tani merapikan data dan arsip mereka sehingga memiliki nilai tawar yang lebih tinggi. Ini adalah implementasi Records Management yang sangat aplikatif.

Tantangan dan Keuntungan

Mengikuti kompetisi model ini membutuhkan napas panjang. Anda tidak hanya menulis naskah lalu selesai. Anda harus menyusun anggaran (RAB), merencanakan timeline eksekusi, hingga turun langsung ke lapangan untuk implementasi.

Namun, return on investment-nya sangat besar. Selain hadiah uang tunai, Anda mendapatkan pengalaman manajemen proyek yang nyata. Anda akan belajar bagaimana bernegosiasi dengan tokoh masyarakat, bagaimana mengelola dana hibah, dan yang paling penting: Anda meninggalkan jejak nyata. Sebuah perpustakaan desa yang Anda bangun, atau sistem arsip yang Anda rapikan, akan tetap ada dan bermanfaat lama setelah lomba selesai.

Kesimpulan

Sudah saatnya mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi memperluas definisi "lomba". Jangan batasi diri hanya di ruang lingkup akademis di atas kertas. Dunia di luar sana membutuhkan kemampuan kita untuk mengorganisir informasi dan memberdayakan masyarakat. Kompetisi berbasis proyek adalah pintu gerbang terbaik untuk membuktikan bahwa ilmu ini adalah ilmu yang membumi dan solutif. Mulailah mencari tim, temukan masalah di sekitar, dan tawarkan solusi berbasis informasi.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak